it's all my hobby

Its all my hobby

Minggu, 22 November 2015

LP DAN ASKEP KLIEN DENGAN CORPUS ALIENUM

LAPORAN PENDAHULUAN

A.   Definisi

            Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).
            Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

B.     Etiologi

·         Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.
·         Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

C.    Patofisiologi

Benda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tersebut tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka akan dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Ekstraksi tersebut dapat menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.






 










 





















D.    Klasifikasi

            1.Corpus alienum esophagus
Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.
2        . Corpus alienum di trakea-bronkus
Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

E.     Manifestasi Klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1.      Nyeri di daerah leher.
2.      Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3.      Rasa tercekik.
4.      Rasa tersumbat di tenggorokan.
5.      Batuk, muntah, disfagia.
6.      BB turun.
7.      Regurgitasi.
8.      Gangguan nafas.
9.      Ronchi/mengi.
10.  Demam.
11.  Abses leher.
12.  Emfisema subkutan.
13.  Gangguan pertumbuhan.
14.  Obstruksi saluran nafas.


F.      Pemeriksaan penunjang
·         Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring  dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI dan tomografis computer.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

G.    Penatalaksanaan

Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan – kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.
H.    Komplikasi

Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan, perforasi lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediatinum, krepitasi  kulit didaerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan nafas cepet, nyeri yang menjalar kepunggung, retrostenalndan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.














ASUHAN KEPERAWATAN
Corpus Alineum

A.   Pengkajian
1.Anamnesa
1.      Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.
2.      Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).
3.      Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).
4.      Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.
5.      Hematemesis.
6.      Sensasi benda asing.
7.      Sumbatan pada tenggorokan.
8.      Rasa panas dalam perut.
9.      Penurunan berat badan.
10.  Suara serak
11.  Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas.

            2  Pemeriksaan fisik
1.      Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau mungkin hematom.
2.      Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak – anak).
3.      Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.
4.      Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.
5.      Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.
6.      Suhu tubuh demam dan BB turun.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.       Gangguan nyaman nyeri (akut).
2.       Nutrisi kurang dari kebutuhan
3.       Risiko tinggi terjadi infeksi

C.    Intervensi

1.       Dx      : Diagnosa keperawatan : gangguan nyaman nyeri (akut).
Tujuan       : Nyeri berkurang/hilang.
                  Kriteria hasil :  Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.
Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat


Intervensi
Rasional
1.      Kaji intensitas dan lokasi nyeri.

2.      Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya nyeri.


3.      Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam

4.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

1.      Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan

2.      Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk mengurangi nyeri.

3.       Teknik rileksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri.

4.      Analgesik berfungsi untuk mengurangi nyeri.

2.      Dx     : Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan             : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil   : Individu akanMeningkatkan masukanoral.
                        Menjelaskan faktor – faktor penyebab bila diketahui.
                        Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.
Intervensi
Rasional
1.     kaji kemampuan pasien untuk menelan  makanan

2.     Bantu pasiendalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.


3.     Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.

4.     Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diit.
1.     Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan makanan guna intervensi selanjutnya.

2.     Pada pasien yang tidak sadar/tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya, bantuan perawat sangan dibutuhkan


3.     Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.

4.     Perlu bantuan dalam perencanaan diit yang memenuhi kebutuhan nutrisi.



3.      Dx     : Risiko tinggi terjadi infeksi.
                  Tujuan       : Tidak terjadi infeksi
        Kriteria hasil : individu akan :       - Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.
-          Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
-          Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

Intervensi
Rasional
1.     Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda – tanda klinis dari proses infeksi

2.     Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan


3.     Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.
4.     Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi.
1.      Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda – tanda klinisnya jelas.

2.      Menurunkan risiko pasien terkenan infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas ).


3.      Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.

4.      Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar