it's all my hobby

Its all my hobby

Minggu, 22 November 2015

LP DAN ASKEP KLIEN DENGAN FARINGITIS

Lp Dan Askep Klien Dengan Faringitis 
1.1    PENGERTIAN
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa  tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3)  Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).

1.2    ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:
a.    Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
-          Rhinovirus
-          Coronavirus
-          Virus influenza
-          Virus parainfluenza
-          Adenovirus
-          Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
-          Coxsackievirus A
-          Cytomegalovirus
-          Virus Epstein-Barr
-          HIV

b.    Bakteri
\Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
-          Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
-          Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
-          Streptokokus grup C dan G
-          Neisseria gonorrheae
-          Corynebacterium diphtheriae
-          Corynebacterium ulcerans
-          Yersinia enterocolitica
-          Treponema pallidum
-          Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

1.3 PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

1.4  MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a.    Virus
-          Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
-          Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.
-          Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
-          Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
-          Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
-          Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
-          Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
-   Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
-          Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b.    Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.

1.5  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.

 1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
b.      Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
c.       Pemeriksaan Laboratorium
1)      Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
2)      Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

1.7  PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a.       Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b.      Penicillin; diberikan secara oral
c.       Eritromisin
d.      Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
1)      Amantadine
2)      Rimantadine
3)      Oseltamivir
4)      Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5)      Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV

Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.

1.8  KOMPLIKASI
a.       Otitis media akut
b.       Abses peri tonsil
c.       Abses para faring
d.       Toksenia
e.        Septikinia
f.        Bronkitis
g.       Nefritis akut
h.       Miokarditis
i.        Artritis





























ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FARINGITIS
.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
      1.      PENGKAJIAN
Data fokus:
a.       Data Subjektif
1)      Anak mengeluh badannya terasa panas
2)      Anak mengatakan tenggorokannya sakit
3)      Anak mengeluh batuk
4)      Anak mengatakan tidak bisa menelan
b.      Data Objektif
1)      Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2)      Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3)      Nyeri tekan pada nodus limfe servikal

     2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum).
d.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan.
e.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.



3.      PERENCANAAN KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
NOC / Tujuan
NIC / Intervensi
Rasional
1.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring
Setelah dilakukan tindakan perawatan, diharapakan suhu badan pasien normal
Termoregulasi (0800)
Kriteria hasil :
·         Suhu kulit normal
·         Suhu badan 35,9°C-37,7°C
-         

a.       Kaji suhu badan setiap 2 jam.

b.      Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat.


c.       Beri kompres hangat misalnya  pada ketiak


d.      Berikan obat antipiretik
8.     
Mengetahui  suhu badan anak
Intake cairan dan nutrisi dapat membantu mempercepat dalam proses pengeluaran panas tubuh.
c.     Kompres hangat dapat membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat proses evaporasi. Obat antipiretik dapat membantu menurunkan panas.








2.








Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring








Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
         Anak melaporkan bahwa nyeri berkurang
         Anak melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
         Anak mampu menggunakan metode non farmakologi untuk  mengurangi nyeri.

a.     






kukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b.      Ajarkan      tentang Teknik non farmakologi (seperti napas dalam)
Berikan analgetik untuk  mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat anak








a.       Mengetahui tingkat nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b.      Napas dalam merupakan salah satu relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
c.       Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman
d.      Istirahat dapat merileksasikan sehingga dapat mengurangi nyeri
3.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum)
Setelah dilakukan perawatan, diharapakan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:
·         Anak tidak batuk
·         Anak dapat bernpas dengan lega
·         RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit
a.     Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada).


b.    Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels)




c.     Ajarkan pada klien untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif.


d.    Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari.

e.     Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian, terapi pemberian expectorant dan broncodilatos.
a.       Dengan mengkaji status pernafasan maka akan diketahui tingkat pernafasan dan adanya kelainan pada sistem pernafasan.
b.       Bunyi nafas bertambah sering terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas obstruksi.
c.       Pernafasan dalam membatu expansi paru maximal dan batuk efektif merupakan mekanisme pembersihan silla.
d.      Cairan terutama yang hangat membantu di dalam mengencerkan sekret (bronkadilator).
e.       Expectorant membantu mengurangi spasme pada bronchus sehingga pengeluaran sekret menjadi lancar.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
Setelah dilakukan tindakan ke-perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
a.       Anak dapat menghabiskan 1 porsi makanannya.
b.      Berat bedan anak normal
-     
a.       Mengkaji pola makan pasien

b.      Memberikan makanan lunak

c.       Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut


d.      Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
a.       Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan memudahkan menyusun rencana kegiatan.
b.      Mencukupi kebutuhan nutrisi dan mempermudah anak untuk menelan
c.       Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut/lidah,dan dapat meningkatkan nafsu makan
d.      Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah  mual dan  muntah
4.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama waktu yang telah direncanakan, diharapkan pengetahuan keluarga pasien tentang imunisasi meningkat dengan kriteria hasil:
-       Keluarga pasien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
-       Keluaga pasien tampak tenang
1.      Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anak dan penangananya

2.      Beri KIE keluarga tentang cara penanganan demam pada anak seperti beri kompres hangat.
1.      Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anak dan penanganannya.

2.      Menambah pengetahuan keluarga dan keluarga mampu memberi kompres hangat ketika dirumah










DAFTAR PUSTAKA


Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013.
                        Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan
 Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
. Edisi 11. Jakarta: EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar